Islam dan Lingkungan Hidup

 Krisis Lingkungan

Permasalahan yang muncul sebagai suatu konskwensi dari perkembangan pola pikir dan mekanisme kehidupan masyarakat modern adalah terjadinya kerusakan lingkungan. Krisis lingkungan adalah suatu permasalahan yang nyata, dan saat ini telah berada pada kondisi yang akut, serius, dan mengkhawatirkan yang mengancam keberlangsungan hidup manusia beserta seluruh species di bumi.

Interdependensi Krisis

            Revolusi Industri sebagai peristiwa titik balik pergeseran orientasi manusia terhadap penggunaan sumber daya tenaga manusia ke mesin membawa dampak positif dan negatif.
Dampak positif dari era revolusi industri adalah mampu membuka lompatan kuantum dalam temuan-temuan teknologis yang mampu meningkatkan kesejahteraan manusia dan mengungkap misteri alam.
Dampak negatif, pnggunaan mesin membutuhkan bahan bakar yang berasal dari unsur fosil : yaitu bahan yang mengandung hidrokarbon seperti petroleum, batu bara dan gas alam. Sisa pembakaran bahan fosil menghasilkan zat-zat pencemar yang berbahaya dan menimbulkan kerusakan lingkungan.
Krisis lingkungan mencakup semua unsur materi disekitar habitat manusia yang ada  di bumi yaitu unsur air, udara, tanah, binatang, dan tanaman.
Jonathan Bate dalam The Song of the Earth : krisis lingkungan pada permulaan millenium ketiga sudah sangat kritis :  pencemaran udara oleh karbon dioksida yang memerangkap panas matahari sehingga bumi menjadi lebih panas, mencairnya es di kutub utara dan selatan, naiknya permukaan air laut, hujan asam, menciutnya hutan, meluasnya padang pasir, timbulnya jenis penyakit baru, terancam punahnya biodiversity, dan perubahan iklim ekstrem.
Krisis-krisis lingkungan tersebut disebabkan karena tercemar oleh tiga teknologi utama : (teknologi industri, teknologi transportasi, teknologi energi), kecerobohan dan kerakusan manusia dalam mengelola sumber daya alam, serta meledaknya pertumbuhan penduduk.

Ancaman Modernitas

Revolusi Industri pada 1785 telah meletakkan sejarah baru dalam perusakan lingkungan dan menandai sebuah zaman modern. Modernitas menandai perubahan kepada teknologisasi disegala hal yang memberikan kemudahan-kemudahan teknis bagi kehidupan manusia.  Keadaan ini membawa  nilai yang materialistik dan memunculkan ideologi hedonis serta kapitalis.
Pola pikir masyarakat modern tersebut menimbulkan peningkatan aktifitas produksi dan konsumsi sehingga membutuhkan sumber daya alam yang semakin banyak pula. Parahnya, ideologi masyarakat modern ini adalah bentuk dari sifat ketamakan manusia yang tanpa batas sehingga eksploitasi terhadap alam dilakukan tanpa perhitungan untuk memuaskan hasrat manusia tersebut.

Ancaman The Tragedy of the Commons

Konsep the tragedy of the Commons dikemukakan oleh Garrent Hardin seorang biologi dan ekologi. Konsep ini menjelaskan runtuhnya lingkungan milik bersama akibat tidak adanya tanggung jawab dan egoisme individu atau kelompok masyarakat karena memperebutkan milik bersama itu sehingga akhirnya punah atau mengalami krisis.
Polusi udara, air, tanah, dan lautan yang disebabkan oleh pembuangan limbah teknologi modern yang menimbulkan kerusakan lingkungan dan bencana seperti menipisnya lapisan ozon, mencairnya es di kutub, pencemaran air dan laut, banjir, longsor, lumpur panas dan lain-lain menunjukkan fenomena tragedy of the Commons.
Aktifitas perang yang menggunakan senjata biokimia sebagai senjata pemusnah massal, penggundulan hutan, serta pengkoleksian binatang-binatang liar juga merupakan aktifitas yang akan mengantarkan kepada kepunahan kehidupan bumi.

Krisis Spiritual sebagai akar krisis lingkungan

Krisis spiritual menandai sebuah krisis pandangan hidup, etika perilaku, dan teologi agama atau kearifan-kearifan tradisi budaya yang dianut manusia.
Krisis spiritual ditandai dengan pandangan desakralisasi terhadap alam. Alam tidak dianggap sebagai sesuatu yang mempunyai nilai-nilai ketuhanan, sehingga manusia tidak memperhatikan  adanya etika maupun aturan yang mengikat dan membatasi hubungannya dengan alam. Alam dijadikan objek untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Lynn White Jr (ahli sejarah) : sumber krisis lingkungan manusia hari ini sangat dipengaruhi oleh keyakinan tentang alam kita dan takdirnya, yaitu oleh agama.
Sayyed Hossein Nasr: krisis lingkungan merupakan refleksi krisis spiritual  paling essensial dalam hidup manusia. Alam telah direndahkan dan dilecehkan atas nama hak-hak manusia demi kebutuhan hidup manusia.

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
           
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).“ (Qs. ar-Rum : 41)

وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ

 “Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan perbuatannya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melatapun.“  (Qs. Fathir : 45)


Eksistensi alam dalam pandangan Islam

                       
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.”( QS. Al – An’am:38)


Seluruh species di alam adalah bagian dari mahluk Allah SWT yang mendapatkan perhatian-Nya. Binatang, pepohonan, dan tumbuhan pun mempunyai hak atas eksistensi yang sama seperti kita. Demikian pula pada masa dikembalikan, seluruh alam tak luput dari sitem administrasi dan ketentuan-ketentuan Allah.

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”(QS. Al-Isra’:44)


أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَىٰ مَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ يَتَفَيَّأُ ظِلَالُهُ عَنِ الْيَمِينِ وَالشَّمَائِلِ سُجَّدًا لِلَّهِ وَهُمْ دَاخِرُونَ

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, sedang mereka berendah diri?”  (QS. An-Nahl:48)

وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ دَابَّةٍ وَالْمَلَائِكَةُ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ
.
“Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para ma]aikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.” (QS. An-Nahl:49)

Seluruh mahluk  baik dilangit maupun dibumi adalah umat muslim dan senantiasa bertasbih serta bersujud kepada sang pencipta agung, Allah SWT. Manusia tidak mampu memahami bentuk dan sifat pengagungan ini.
Berdasarkan ayat-ayat tersebut, Islam melihat alam sebagai suatu sosok “hidup” yang mempunyai hak eksistensi, layak dihargai dan  mendapatkan proteksi serta pemeliharaan. Pemeliharaan dan proteksi inilah yang menjadi perwujudan peran manusia sebagai khalifah di muka bumi.

Konsep Khalifatullah fi al-ard

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۗ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
           
“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”  (QS. Al-An’am: 165)

هُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ ۚ فَمَنْ كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُ ۖ وَلَا يَزِيدُ الْكَافِرِينَ كُفْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِلَّا مَقْتًا ۖ وَلَا يَزِيدُ الْكَافِرِينَ كُفْرُهُمْ إِلَّا خَسَارًا
           
“Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.” (QS. Fathir:39)

Khalifah  secara bahasa berarti wakil atau pemimpin. Manusia adalah makhluk Allah yang secara khusus diberi amanah menjadi khalifah di bumi, dengan segala karunia kelebihan yang diberikan kepadanya.
Konsep khalifatullah fi al-ard tidak boleh hanya bersifat antroposentris (melihat manusia sebagai pusat), namun juga harus bersifat antroposofis (melihat aspek-aspek nilai yang lebih tinggi, yakni Tuhan) dan antropokosmis (melihat manusia sebagai bagian dari alam).
Yusuf Qardhawi menghubungkan khalifatullah fi al-ard dengan ibadah yang mencakup usaha menanam, memperbaiki, menghidupi, serta menghindarkan dari hal-hal yang merusak.
Fazlur Rahman: konsep khalifatullah fi al-ard sangat dekat dengan konsep amanah. Konsep amanah didalamnya mengandung tugas membangun peradaban di muka bumi berikut upaya-upaya memakmurkannya. Bumi dan sumber dayanya adalah amanah yang dipercayakan Allah kepada manusia sebagai khalifatullah fi al-ard.

0 Response to "Islam dan Lingkungan Hidup"

Posting Komentar

Powered by Blogger